Sabtu, 31 Maret 2012

cara membuat motor drag

BAGI anak muda yang gemar sepeda motor, mungkin tidak asing lagi dengan adegan balapan motor. Biasanya aksi balapan motor tersebut dilakukan secara resmi atau liar yang digelar di jalan-jalan raya menjelang tengah malam. Sementara jika resmi umumnya berlangsung di tempat tertentu agar penonton dan bikers bisa aman ketika beraksi.  Foto : Safari Sidakaton Foto : Safari SidakatonUntuk bisa menjuarai berbagai event balap, biasanya penggemar aksi balapan tersebut akan mencari bengkel yang bisa membuat motor lari kencang. Bahkan mengantri pun tidak masalah ketika harus menunggu giliran untuk di tune up mesinnya. Yang penting motornya bisa ditangani secara langsung oleh mekanik bengkel tersebut.
Satu diantara bengkel yang setiap hari didatangi penggemar motor balap adalah Satelite Jaya Motor. Bengkel ini terletak di Jl Raya Parung Serab/Kota Kembang Rt 03/04 Tirtajaya Depok. Bagi penggemar balapan motor, bengkel ini memang sudah terkenal mampu membuat motor berlari kencang dan selalu menjadi juara dalam berbagai event balap motor.
Ketenaran bengkel ini juga tidak hanya untuk wilayah Depok dan sekitarnya tapi sudah merambah hingga ke Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bogor, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Riau dan Sulawesi. Bahkan karena selalu menjadi juara dalam berbagai event balap, salah satu motornya tune up-nya ditulis oleh media otomotif nasional.
 Foto : Safari Sidakaton Foto : Safari SidakatonDari luar, bengkel ini memang seperti bengkel sepeda motor lainnya. Bengkel ini pun hanya menempati rumah kontrakan uang luasnya 3 x 7 meter. Namun jika sudah masuk ke dalam ruangan maka akan banyak motor drag race yang dipajang. Saat TNOL mengunjungi bengkel tersebut, ada sekitar 6 motor drag race yang sudah selesai di tune up.
Menurut Eko Aryanto, mekanik dan pemilik bengkel Satelite Jaya Motor, untuk membuat motor bisa berlari kencang hingga bisa menjadi juara drag race maka harus merubah semua ukuran standar sepeda motor menjadi ukuran sesuai kelas drag race. Perubahan ukuran tersebut meliputi gear ratio, noken as, saher, pen struk, system pengapian, knalpot dan menaikan CC.
Foto : Safari SidakatonFoto : Safari SidakatonNamun semua ukuran yang tidak standar tersebut juga harus diimbangi dengan pemasangan atau penempatannya. Jika tidak tepat memasangnya maka jangan harapkan motor bisa berlari kencang karena yang didapat adalah motor malah mogot ditengah jalan. Apalagi dalam mengoprek motor tergantung keahlian mekanik. Dalam hal ini mekanik banyak menggunakan feeling untuk mendapat setingan yang tepat.
“Jadi semua itu tergantung memasangnya, karena harus ada pengukuran yang sempurna biar larinya bisa kencang,” kata Eko.
Berapa dana yang dibutuhkan? Eko menuturkan, diperlukan sedikitnya Rp 5-6 juta untuk bisa merubah motor standar menjadi drag race. Namun hal tersebut juga harus dilihat kondisi mesin motornya apakah masih layak atau tidak. Jika tidak maka anggaran yang diperlukan bisa lebih besar lagi atau memang motor tersebut sama sekali tidak bisa dirubah menjadi drag race.
Foto : Safari SidakatonFoto : Safari Sidakaton“Kalau dananya sekitar Rp 5 jutaan, lebih baik milih motor metik karena bugjetnya lebih murah. Lagi pula, sekarang motor matik juga banyak yang turun dalam ajang drag race,” paparnya.
Dengan motor metik maka penggemar motor balap tidak perlu pusing untuk membeli gear ratio yang harganya lumayan mahal. Motor metik menjadi drag race tinggal mengandalkan pada peningkatan stroke/langkah dan bore up. Untuk kedua hal ini, kisaran dana yang dibutuhkan sekitar Rp 3 jutaan.
Sedangkan uang yang tersisa bisa dimanfaatkan untuk merubah noken as sesuai kebutuhan, apakah untuk 201 m atau 402 m. Piranti pengapian dan perangkat CVT juga harus dirubah untuk menyesuaikan kebutuhan rubahan. Yang lainya tergantung pada keahlian sang mekanik memanfatkan part yang ada.
Sementara untuk motor dua tak, biaya yang dibutuhkan lebih mahal dari motor metik. Bahkan bisa dua kali lipat karena harga spare part motor dua tak, lumayan mahal. Beberapa  spare part yang harus dirubah dan butuh biaya yang lumayan adalah noken as, piston, naikan Langkah/stroke, bore up, close ratio, final gear dan pengapian.
“Dengan perubahan ini saja, biaya yang harus dikeluarkan sekitar Rp 9 jutaan,” jelasnya

MODEL BISNIS INTERNET

KATEGORI DESKRIPSI CONTOH
Virtual Storefront
Menjual produk fisik atau jasa secara online. Pengiriman barang dan jasa non-digital menggunakan sarana-sarana tradisional (seperti jasa pos dan kurir).
• Amazon.com
• Virtual Vineyard
• Security First
• Network
Bank
Marketplace
Concentrator
Memusatkan informasi mengenai produk dan jasa dari berbagai produsen pada satu titik sentral. Pembeli dapat mencari, membandingkan dan kadangkala juga melakukan transaksi pembelian.
• Internet Mall
• Dealernet
• Industrial
Information Brokers
Menyediakan informasi mengenai produk, harga dan ketersediaannya. Beberapa diantaranya juga memfasilitasi transaksi, namun nilai utamanya adalah informasi yang disediakan.
• PartNet
• Travelocity
• Auto-by-Tel
Transaction Brokers
Pembeli bisa mengamati berbagai tarif dan syarat pembelian, namun aktivitas
• E*Trade
• Ameritrade
bisnis utamanya adalah memfasilitasi transaksi.
Electronic
Clearinghouses
Menyediakan suasana seperti tempat lelang produk, dimana harga dan ketersediaan selalu berubah, tergantung pada reaksi konsumen.
• Bid.com
• OnSale
Reverse Auction
Konsumen mengajukan tawaran kepada berbagai penjual untuk membeli barang atau jasa dengan
harga yang dispesifikasi oleh pembeli.
• Priceline.com
Digital Product
Delivery
Menjual dan mengirim perangkat lunak, multimedia, dan produk digital lainnya lewat internet.
• Build-a-Card
• PhotoDisc
• SonicNet
Content Provider
Memperoleh pendapatan lewat penyediaan konten. Pendapatan bisa dihasilkan dari biaya berlangganan atau biaya akses, penjualan ruang iklan, atau biaya penempatan iklan dalam daftar terorganisasi padasearchable database.
• Wall Street Journal Interactive
• Quote.com
• Tripod
Online Service
Provider
Menyediakan layanan dan dukungan bagi para pemakai perangkat lunak dan perangkat keras.
• Cyber Media
• Tune Up.com

Sumber: Laudon & Laudon (2000).
Lebih lanjut, e-business bisa di klasifikasikan berdasarkan karakteristik transaksi menjadi enam jenis (Turban, et al.,2000).

• Business-to-Business (B2B), meliputi transaksi IOS (Inter Organizational System) dan transaksi pasar elektronik (electronic market transactions) antar organisasi. Tipe-tipe IOS antara lain berupa EDI, extranets, electronic funds transfer, electronic forms, integrated messaging, shared databases, dan supply chain management. Hingga saat ini tipe B2B adalah yang paling dominan dalam praktek e-business.

• Business-to-Consumer (B2C), yaitu transaksi ritel dengan pembeli individual. Contohnya antara lainwww.amazon.com,www.barnesandnoble.com,www.elexmedia.co.id,htttp://commerce.i 2.co.id/dagadu, www.togamas.com, dan www.indonesiancd.com.

• Consumer-to-Consumer (C2C), dimana konsumen menjualproduk secara langsung kepada konsumen lainnya. Biasanya individu mengiklankan produk, jasa, pengetahuan, maupun keahliannya disalah satu situs lelang atau classified ads. Contohnya meliputi www.bekas.com dan
www.classified2000.com

• Consumer-to-Business (C2B), meliputi individu yang menjual produk atau jasa kepada organisasi, serta individu yang mencari penjual,bertransaksi dengan penjual tersebut, dan melakukan transaksi.

• Non-Business Electronic Commerce; terdiri dari institusi non bisnis seperti lembaga pendidikan, organisasi nirlaba, organisasi keagamaan, organisasi sosial, dan instansi pemerintah (contohnya, www.bapenas.go.id), www.bps.go.id, www.komnas.go.id, dan www.bppt.go.id). Umumnya organisasi non bisnis menggunakan berbagai tipe e-commerce untuk keperluan menekan biaya atau meningkatkan layanan pelanggan dan operasi.

• Intrabusiness (organizational) electronic commerce, meliputi semua aktivitas internal organisasi yang biasanya dilakukan melalui intranet meliputi pertukaran barang, jasa atau informasi. Aktivitas internal bisa bermacam-macam, mulai dari menjual produk korporat kepada para karyawan hingga aktivitas pelatihan online.

Artikel E-Commerce

Perkembangan teknologi (tele)komunikasi dan komputer menyebabkan terjadinya perubahan kultur kita sehari-hari. Dalam era yang disebut “information age” ini, media elektronik menjadi salah satu media andalan untuk melakukan komunikasi dan bisnis. E commerce merupakan extension dari commerce dengan mengeksploitasi media elektronik. Meskipun penggunaan media elektronik ini belum dimengerti, akan tetapi desakan bisnis menyebabkan para pelaku bisnis mau tidak mau harus menggunakan media elektronik ini. Pendapat yang sangat berlebihan tentang bisnis ‘dotcom’ atau bisnis on-line seolah-olah mampu menggantikan bisnis tradisionalnya (off-line).

Kita dapat melakukan order dengen cepat diinternet – dalam orde menit – tetapi proses pengiriman barang justru memakan waktu dan koordinasi yang lebih rumit, bisa memakan waktu mingguan. Menurut Softbanks Rieschel, Internet hanya menyelesaikan 10% dari proses transaksi, sementara 90 % lainnya adalah biaya untuk persiapan infrastruktur back-end, termasuk logistic.Reintiventing dunia bisnis bukan berarti menggantikan system yang ada, tapi justru komplemen dan ekstensi dari system infratruktur perdagangan dan produksi yang ada sebelumnya.

Dalam mengimplementasikan e-commerce tersedia suatu integrasi rantai nilai dari infrastrukturnya, yang terdiri dari tiga lapis. Perama, Insfrastruktur system distribusi (flow of good) kedua, Insfrastruktur pembayaran (flow of money) Dan Ketiga, Infrastruktur system informasi (flow of information). Dalam hal kesiapan infrastruktur e-commerce, kami percaya bahwa logistics follow trade, bahwa semua transaksi akan diikuti oleh perpindahan barang dari sisi penjual kepada pembeli. Agar dapat terintegrasinya system rantai suplai dari supplier, ke pabrik, ke gudang, distribusi, jasa transportasi, hingga ke customer maka diperlukan integrasi enterprise system untuk menciptakan supply chain visibility.

Artikel Bentuk E-Commerce

Ada beberapa bentuk E-Commerce seperti:
i. Bussiness to Business (B2B)
B2B adalah tipe e commerce yang mengutamakan kerjasama transaksi antar
perusahaan dengan menggunakan media elektronik
ii. Collaborative Commerce (C Commerce)
Dalam C Commerce, partner bisnis saling bekerjasama secara elektronik.kerjasama ini biasanya terjadi sepanjang rantai produksi suatu barang atau jasa, misalnya produsen dengan distrbutornya.
iii. Bussiness to Consumers (B2C)
Pada B2C, pihak penjual adalah organisasi, sedangkan pihak pembeli biasanya individu
iv. Consumers to Business (C2B)
C2B dapat mungkin konsumen membuat request akan kebutuhannya terhadap sebuah barang atau jasa kemudian organisasi atau perusahaan bersaing untuk menyediakan barang atau jasa tersebut kepada konsumen.
v. Consumers to Consumers (C2C)
Transaksi antar individu seperti menjual produk atau jasa kepada individu lain
vi. IntraBusiness Commerce
Penggunaan E Commerce dalam lingkup internal perusahaan atau organisasi untuk meningkatkan kinerja dan operasi
vii. Government to Citizens (G2C)
Pelayanan pemerintah terhadap warga negaranya melalui teknologi E Commerce, selain itu.dapat digunakan untuk kerjasama antara pemerintah dengan pemerintah lain atau dengan perusahaan
viii. Mobile Commerce
Mobile Commerce memungkinkan penggunaan E Commerce tanpa kabel, seperti mengakses internet melalui handphone

Artikel Pengertian & Definisi E-Commerce

 Pengertian

Apa itu E-Commerce? E-Commerce adalah kegiatan-kegiatan bisnis dengan tujuan mengambil keuntungan seperti penjualan, pembelian, pelayanan, informasi, dan perdagangan melalui perantara yaitu melalui suatu jaringan computer, terutama internet.

E-commerce atau bisa disebut Perdagangan elektronik atau e-dagang adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, www, atau jaringan komputer lainnya. E-commerce dapat melibatkan transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis

Industri teknologi informasi melihat kegiatan e-dagang ini sebagai aplikasi dan penerapan dari e-bisnis (e-business) yang berkaitan dengan transaksi komersial, seperti: transfer dana secara elektronik, SCM (supply chain management), e-pemasaran (e-marketing), atau pemasaran online (online marketing), pemrosesan transaksi online (online transaction processing), pertukaran data elektronik (electronic data interchange /EDI), dll.

E-dagang atau e-commerce merupakan bagian dari e-business, di mana cakupan e-business lebih luas, tidak hanya sekedar perniagaan tetapi mencakup juga pengkolaborasian mitra bisnis, pelayanan nasabah, lowongan pekerjaan dll. Selain teknologi jaringan www, e-dagang juga memerlukan teknologi basisdata atau pangkalan data (databases), e-surat atau surat elektronik (e-mail), dan bentuk teknologi non komputer yang lain seperti halnya sistem pengiriman barang, dan alat pembayaran untuk e-dagang ini.

E-commerce pertama kali diperkenalkan pada tahun 1994 pada saat pertama kali banner-elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan periklanan di suatu halaman-web (website). Menurut Riset Forrester, perdagangan elektronik menghasilkan penjualan seharga AS$12,2 milyar pada 2003. Menurut laporan yang lain pada bulan oktober 2006 yang lalu, pendapatan ritel online yang bersifat non-travel di Amerika Serikat diramalkan akan mencapai seperempat trilyun dolar US pada tahun 2011.

Dalam banyak kasus, sebuah perusahaan e-commerce bisa bertahan tidak hanya mengandalkan kekuatan produk saja, tapi dengan adanya tim manajemen yang handal, pengiriman yang tepat waktu, pelayanan yang bagus, struktur organisasi bisnis yang baik, jaringan infrastruktur dan keamanan, desain situs web yang bagus, beberapa faktor yang termasuk:

1. Menyediakan harga kompetitif
2. Menyediakan jasa pembelian yang tanggap, cepat, dan ramah.
3. Menyediakan informasi barang dan jasa yang lengkap dan jelas.
4. Menyediakan banyak bonus seperti kupon, penawaran istimewa, dan diskon.
5. Memberikan perhatian khusus seperti usulan pembelian.
6. Menyediakan rasa komunitas untuk berdiskusi, masukan dari pelanggan, dan lain-lain.
7. Mempermudah kegiatan perdagangan

Beberapa aplikasi umum yang berhubungan dengan e-commerce adalah:

* E-mail dan Messaging
* Content Management Systems
* Dokumen, spreadsheet, database
* Akunting dan sistem keuangan
* Informasi pengiriman dan pemesanan
* Pelaporan informasi dari klien dan enterprise
* Sistem pembayaran domestik dan internasional
* Newsgroup
* On-line Shopping
* Conferencing
* Online Banking

Perusahaan yang terkenal dalam bidang ini antara lain: eBay, Yahoo, Amazon.com, Google, dan Paypal. Untuk di Indonesia, bisa dilihat tradeworld.com, bhineka.com, fastncheap.com, dll.

Artikel Pendekatan E.Commerce ala indonesia

e-Commerce alias perdagangan elektronik via Internet/ Online memang sudah lama jadi minat pribadi. Alasannya gampang saja, ternyata Internet ini cenderung makin sedikit biaya yang dikeluarkan, dibandingkan dengan potensi Nilai Ekonomi dan kesempatan kemandirian finansial yang diberikan begitu besar.

Sayangnya saya sudah cukup ‘berumur’ mengenal Internet ( tahun 90an saat bekerja sebagai IS Support/ analyst di BEJ ), dan itupun karena ‘kecelakaan’ salah satu konsultan internet di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dulu, saat itu konsultan ybs tidak berhasil menyelesaikan tugasnya menyediakan website BEJ sesuai spesifikasi yg dijanjikan.

Dan sebagai internal counterpart yang fungsinya juga sbg Tim IS Support
, maka jadilah dengan segala keluguan dan keminiman pengalaman, curiosity saya menyatakan berani melaksanakan tugas ‘darurat’ perbaikan website BEJ apa adanya saat itu…
Tentu saja keberadaan Internet Searching Engine, dan beberapa kolega/ mitra yang tak segan mensharing ilmunya, banyak sekali memudahkan pelaksanaan tugas berbasis teknologi baru tsb sambil belajar sana sini. Tujuannya menyederhanakan antrian pembagian laporan harian perdagangan bursa kepada ratusan emiten agar bisa digantikan melalui teknologi internet yg sedang booming euforia ( sekaligus company profile dan market announcement BEJ ), akhirnya bisa saya selesaikan sedikit demi sedikit.
Hasilnya ? jangan dibandingkan dengan teknologi web seperti sekarang… yang jelas para emiten saat itu cukup puas, dan internal organisasi BEJ menyikapi dengan responsif dan kondusif, sungguh pengalaman proses belajar yg membahagiakan. Bisa jadi Tuhan memberikan firasat dan hidayahNya kepada saya, bahwa selanjutnya dengan tema ‘INTERNET’ lah rejeki dan karir saya mengalir…. sampai sekarang :)
Oleh karena itu sebelum cuap-cuap terkait ide bagaimana menyikapi Internet ekonomi/ e-commerce a la Indonesia ini, saya dengan rendah hati mengakui bahwa diri ini memang bukan sepenuhnya akademisi ahli, tapi ‘cuma’ seorang autodidak yang rajin membaca, praktisi partially e-commerce di indonesia selama bekerja belasan tahun, bahkan sebelum berhasil lulus kuliah… Justru pengalaman e-commerce unik ala indonesia itulah yg mengenalkan saya menjadi salah satu penggiat di dunia akademik dan jadi terus rajin belajar walalu dibayar ‘murah’ sebagai dosen tidak tetap sampai sekarang hahhaha… mohon maaf rada ‘curcol’ :D
OK lah supaya menarik saya coba berikan komentar ‘pribadi’ sebagai praktisi mengenai regulasi dan animo masyarakat berdagang di internet… Sudah jelas keberadaan fondasi infrastruktur (ict) yang lemah dan suprakstruktur (regulasi, edukasi) yg jauh dari cukup , dapat membuat kita menilai bajhwa pemerintah memang serba telat. Tapi warga yg kreatif sudah melihat kesempatan ini sejak lama dengan kondisi apa adanya… Maka itu budaya kepercayaan (trust, trust, trust) komunitas based on ‘ngerumpi’ jadi suatu dasar keberanian yg kuat sbg inisiasi e-commerce secara bottom-up (aka gerilya), walaupun tiada dukungan cukup dr pemerintah :p
Fenomena ini sudah cukup cerdas dimanfaatkan oleh para startup enterpreuneur bahkan dari asing untuk menggali ‘receh’ via ecommerce di indonesia ( lihat tautan artikel ttg tokobagus.com di facebook ), meskipun risiko mereka adalah masalah cyberlaw dan kealfaan mekanisme pembayaran online yg lebih cepat & terpercaya… Maka itu berdasarkan laporan kepolisian dan kasus2 hukum yg makin beragam terkait penyelewengan transaksi di internet, maka pemerintah mulai menetapkan UU ITE yg masih kebanyakan pasal karet, dan kurangnya edukasi yg selaras dengan kapasitas para aparatnya sendiri :P … Bahkan bdsk berita bisnis indonesia kemarin “jual beli via internet mulai diatur” ada kemungkinan mekanisme aturan perdagangan mulai dikembangkan, mudah2an akan berlanjut ke payment gateway yg terintegrasi dengan sistem cyberlaw, dan berdampak integrasi teknologi ICT yg makin baik ? ( agak utopia ya? )
Ajaibnya … kalo kata orang jawa “masih untung”, orang asing bilang “blessing in disguise” dari kealfaan infrastruktur dan longgarnya mekanisme hukum internet di Indonesia adalah semakin mudah, murah dan ‘berani’ nya masyarakat awam memanfaatkan (aka belajar coba2) internet untuk berjualan, terutama via mobile gadget… sbg dampak perang tarif operator selular ( baca majalah trust 1 bulan lalu ), yg dari sisi positif tentu sangat mendukung peningkatan mental enterpreuneurship.
Bagaimanapun sisi negatif komunitas awam adalah berpotensi menjadi para oportunis yg secara sengaja atau tidak dihinggapi nafsu kriminal memanipulasi tipu-tipu di dunia maya ( saya salah satu korban cybercrime di facebook )… sayangnya fenomena kriminalitas di media sosial ini ada kecenderungan meningkat, meskipun tidak ada laporan resmi karena mungkin nilai kerugian tidak terlalu besar (dan gengsi berhasil kena tipu) bisa jadi besarnya korbancybercrime seperti fenomena gunung es!
Oleh karena itu barangkali meski telat dan jauh dari sempurna, pemerintah sudah sejak 2 tahun lalu menyusun UU ITE, dan kini mulai masuk kedalam langkah yang lebih taktis, yaitu diagnosa, persiapan atau perluasan delik-delik pelanggaran transaksi internet ke perangkat hukum yang sudah ada (KUHAP), maupun sosialisasi peraturan perdagangan baru mungkin oleh Depperindag, juga pengawasan transaksi keuangan/ perbankan oleh BI dan Depkeu.
Masalahnya, ada kecenderungan persepsi mayoritas orang indonesia, jika sudah bicara ICT maka fokus hanya pada delik-delik pengadaan dan implementasi teknis… kajian lain seputar manajemen risiko, adaptasi budaya lokal, cost benefit jangka pendek s.d panjang, maupun komitmen pada edukasi dan regulasi sering dianggap bisa berjalan ‘belakangan’ ( yang penting ada dulu deh…), akibatnya langkah-langkah pemerintah seringkali sekedarreaktif (aka tambal sulem) :p
Komunitas warga kita-pun yang kebanyakan fokus pada technical freaks (termasuk dunia akademis), padahal e-commerce itu perlu tinjauan multi-dimensi ( ilmu sosial, ilmu exacta, bahkan budaya ) … karena rasanya sangat naif jika sekedar mengikuti tren/ teori barat , lalu bermimpi sepenuhnya bisa terapkan e-commerce ideal di Indonesia yg penduduknya terbanyak ke 5 didunia, dan dikenal ‘mengaku’ muslim terbesar di dunia ( sekaligus mungkin cukup besar yg not well educated )… LALU kenapa tidak mungkin menciptakan e-commerce khas masyarakat Indonesia dulu ???
Lalu bagaimana pendekatan yang terbaik buat Indonesia ?
Mungkin anda perlu tahu bahwa penjelasan saya bisa jadi subyektif, dan tidak cukup kuat sebagai rujukan akademis, tapi saya disini sekedar share ‘curcol’ dengan pemerhati e-commerce spt anda, siapa tahu semangat inovatif dan inspirasi yg lebih positif bisa muncul dari generasi anda dimasa depan bukan ?
Okay setelah ngalor ngidul dengan ‘curcol’ saya seputar e-commerce diatas, maka saya pikir ada beberapa faktor yg perlu kita perhatikan dari nasib Indonesia :

(+)
Religius (ISLAM) sekaligus Liberally Open minded ( moga2 ujungnya bukan bangsa munafik )
(+) Masyarakat Komunal ( ngerumpi dan butuh referensi kolega terdekat )
(+) 5 besar jumlah penduduk Dunia ( populasi remaja mayoritas )
(+) Jumlah Operator Seluler terbanyak didunia ( selain seru perang tarif, BRTI juga mumet ngatur perang frekuensi)
(+) 5 besar pelanggan seluler dan penjualan/kepemilikan HP
(+) 5 besar pertumbuhan akses internet
(+/-) Perkembangan sektor riil industri ICT dan pendukungnya terus berkembang
(-) Kualitas & kuantitas Infrastruktur ICT tidak merata
(-) Kualitas & kuantitas kecukupan pendidikan SDM 20% saja (?)
(-) Kualitas Integrasi data kependudukan dengan sistem keuangan buruk
(-) Kualitas Good corporate Governance & Suprastruktur Incumbents belum optimal
(-) Kualitas & kuantitas Pemberdayaan Mikro dan UKM belum optimal
Nah dari faktor-faktor yg bernuansa positif dan negatif diatas, saya cenderung berharap regulasi pemerintah yg reaktif tsb tidak mematikan semangat enterpreneurship WNI. Oleh karena itu demi kualitas dan kesinambungan gembar-gembor pemerintah itu, alangkah baiknya initialisasi kebijakan e-commerce oleh pemerintah mulai dariskema B2B dilingkungan pemerintah sendiri , perusahaan TBK & MNC sebagai raw model ( e-goverment, e-procurement national).
Namun jika itupun masih dirasa utopia, maka infrastruktur linked national payment gateway perlu jadi fokus utama, bersamaan dengan berbagai model institusi serta suprastruktur yang memayunginya ( banks, funder, depkeu/depdag, BI, isp/operator, bursa saham/komoditas, ict services/provider ). Sehingga pemerintah bisa memaksa/ memarketingkan layanan payment gateway tsb dg biaya yg murah dg nilai tambah yg berlimpah ( potong pajak, inc jasa pengiriman dll ) kepada para Produsen maupun konsumen internet Indonesia.
Sebaliknya dan sebaiknya… bottom up, lembaga sosial masyarakat juga mulai mensosialisasikan moralitas dalam utilisasi e-commerce dalam pencerahan sehari-hari, sebagai pemberdayaan masyarakat lokal menguasai dan menyikapi cara2 alternatif kemandirian ekonomi sebagai bentuk amal ibadah, sekaligus produktifitas halal dalam memanfaatkan internet. Kelihatannya depsos dan NGO asing/lokal bisa berkolaborasi untuk pembinaan dan pengendalian mutu implementasinya.
Satu hal yang agak merisaukan saya, adalah kelemahan incumbents terkait mekanisme ‘KONTROL’… saya yakin mereka paham soal konsep COBIT, SOA atau ITIL dalam implementasi ICT di bisnis… namun itu gak cukup jika tidak memiliki Teknologi Canggih pemantauan teknologi keamanan data, dan traffic internet Nasional yang kuat untuk menyokong suprastruktur yg ditakuti cybercrime. Dan ini bisa jadi sangat mahal, relakah/ kuatkah APBN kita? … ( RRC kabarnya menghabiskan dana 1/3 APBN nya untuk menjaga internet nasional mereka, dan Amerika punya NSA serta jaringan super komputer untuk cegah tangkal cyber crime ).